Selasa, 10 November 2015

Heat Stress : Cara Mengatasi Dampak Iklim Kerja Panas terhadap Kesehatan Tenaga Kerja

Sumber bahaya yang ditemukan di tempat kerja sangat beragam, salah satunya adalah potensi bahaya fisik berupa iklim kerja panas. Kondisi ini dapat ditemui pada perusahaan industri di Indonesia seperti industri besi dan pengecoran logam baja, batu bata dan keramik, konstruksi, pertambangan, kaca dan gelas, tekstil, dll. Negara Indonesia merupakan negara tropis dengan ciri utamanya adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini seharusnya sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja. Iklim kerja panas merupakan beban bagi tubuh pekerja ditambah lagi apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, hal tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan dan stamina pekerja.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas. Selain respon tekanan darah dan denyut nadi, sistem termoreguler di otak (hypothalamus) akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tubuh pada suhu 36oC – 37oC. Namun apabila paparan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kelelahan (fatigue) dan akan menyebabkan mekanisme kontrol tersebut tidak bekerja lagi dan pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya efek “heat stress” (Erwin D, 2004).

A.  Pengertian iklim kerja dan pengaruh suhu di tempat kerja
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari perpaduan antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan panas radiasi dengan produksi panas dari tubuh manusia akibat pekerjaannya. Tubuh manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolism). Apabila proses pengeluaran panas tubuh terganggu maka suhu tubuh akan meningkat. Lingkungan kerja dengan tubuh manusia selalu saling terjadi pertukaran panas, pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja). Beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia ini biasa disebut tekanan panas (heat stress).
Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor yang menunjang timbulnya semangat kerja. Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktivitas kerja, juga akan membawa dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dan mengakibatkan  menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat meningkat.

B. Nilai ambang batas iklim kerja dan alat ukurnya
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, yang didalamnya mengatur NAB (Nilai Ambang Batas) untuk lingkungan fisik di tempat kerja, salah satunya adalah NAB iklim kerja dengan menggunakan ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola).
ISBB dapat diukur dengan menggunakan heat stress aparatures yaitu alat ukur yang dapat mengukur ISBB secara otomatis, dan dapat juga dengan menggunakan termometer manual yang terdiri dari 3 termometer yaitu termometer suhu basah, termometer suhu kering dan termometer suhu bola. Untuk termometer manual nilai ISBB didapatkan dengan menggunakan rumus berikut ini :
·      ISBB untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
·      ISBB untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.
Dalam penerapannya di lapangan, pengukuran indeks suhu basah dan bola dilaksanakan bersamaan dengan perhitungan beban kerja yang di dibandingkan pada pembatasan waktu kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri di atas.
Adapun NAB iklim kerja ISBB dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Pengaturan waktu kerja setiap jam
ISBB (oC)
Beban Kerja
Ringan
Sedang
Berat
75% - 100%
31,0
28,0
-
50% - 75%
31,0
29,0
27,5
25% - 50%
32,0
30,0
29,0
0% - 25%
32,2
31,1
30,5
Catatan :
Nilai ambang batas untuk  iklim kerja dikelompokkan ke dalam tiga kelompok beban kerja yaitu :
§    Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kalori/jam.
§  Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam.
§  Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jam.

C. Dampak iklim kerja panas
Tekanan panas dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan manusia antara lain seperti heat exhaustion, heat cramps, heat rash, fainting, transient heat fatigue dan yang paling buruk dapat menyebabkan kematian yaitu heat stroke. Pekerja yang sedang hamil dan terpapar panas, apabila suhu inti tubuhnya mencapai lebih dari 39oC, dapat menyebabkan kecacatan pada bayinya. Selain itu, suhu tubuh lebih dari 38oC dapat mengakibatkan kemandulan baik bagi pria maupun wanita.

Adapun penjelasan dari beberapa efek heat stress di atas antara lain sebagai berikut :

  1. Heat stroke 
Heat stroke adalah efek heat stress yang paling berat. Hal ini terjadi karena sistem pengatur suhu tubuh (thermoregulatory) tidak mampu mempertahankan suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat (keringat terhenti). Gejala dari penyakit ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh naik secara dramatis mencapai 40oC atau lebih, panas, kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, tidak ada keringat di tubuh korban, pening, menggigil, mual, pusing, gangguan mental dan pingsan/hilangnya kesadaran. Jika hal ini terjadi, korban harus segera dikeluarkan dari area panas dan ditempatkan diarea dingin,tubuhnya harus dibasahi dengan kain basah untuk menurunkan suhu tubuhnya sebagai pertolongan pertama. Selanjutnya korban harus dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Jangan sampai terlambat karena bisa berakibat kematian.

  1. Heat exhaustion
Disebut juga kelelahan panas, diakibatkan oleh hilangnya sejumlah besar cairan tubuh melalui keringat, terkadang juga disertai kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan. Pekerja yang mengalami kelelahan panas masih berkeringat tetapi mengalami kelelahan, pusing, mual atau sakit kepala. Dalam kasus yang lebih serius, korban bisa muntah atau hilang kesadaran, kulit basah atau lembab, pucat atau memerah. Suhu tubuh antara (37oC - 40°C). Pada kondisi ini korban harus segera dipindahkan ketempat yang dingin untuk mendapatkan perawatan dan istirahat yang cukup.

  1. Heat cramps
Heat cramps atau kram panas adalah terjadinya kram atau kejang pada otot-otot akibat kehilangan cairan elektrolit, meskipun sudah minum air secukupnya namun tidak bisa menggantikan garam didalam tubuh, bahkan air yang diminum mengencerkan cairan elektrolit yang ada didalam tubuh dan semakin mempermudah cairan elektrolit tersebut keluar dari tubuh sehingga kadar cairan elektrolit makin rendah,dan hal ini menyebabkan otot mengalami kram yang menyakitkan. Biasanya kram dapat terjadi pada otot kaki, lengan, atau perut. Biasanya otot-otot yang lelah akan lebih mudah kram. Kram dapat terjadi selama satu atau setengah jam, dan dapat dipulihkan dengan meminum cairan yang mengandung elektrolit atau garam.

  1. Heat Rash
Heat Rash atau preckly heat atau mikaria rubra dapat terjadi pada lingkungan panas yang lembab. Gejala ini terjadi karena fungsi kelenjar keringat terganggu dimana keringat tidak bisa menguap dan menempel di kulit atau kulit tetap basah, sehingga memunculkan biang keringat (bintik-bintik merah di kulit dan agak gatal). Untuk menghindari biang keringat pekerja bisa beristirahat di ruangan yang dingin dan mandi bersih serta mengeringkan kulit. Jika biang keringatnya parah, maka sebaiknya berobat ke dokter kulit.

  1. Fainting
Fainting atau pingsan  bisa terjadi bagi pekerja yang tidak terbiasa bekerja di lingkungan panas. Pada saat bekerja terjadi pembesaran pembuluh darah dibawah kulit dan bagian bawah tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh,sehingga darah terkumpul disana dan otak mengalami kekurangan suplai darah. Untuk menanganinya, pekerja yang pingsan dipindahkan ke ruangan yang lebih dingin dan dibaringkan untuk membiarkan darah mengalir ke otak agar korban sadar kembali.

  1. Transient Heat Fatigue
Transient heat fatigue adalah kelelahan panas sementara yang terjadi karena ketidaknyamanan akibat paparan panas yang dapat menyebabkan ketegangan mental atau psikologis. Biasanya terjadi pada pekerja yang rentan terhadap panas,dan dapat mengganggu kinerja, koordinasi dan kewaspadaan. Tingkat ketahanan terhadap panas dari pekerja yang suka mengalami transient heat fatigue dapat dinaikkan secara bertahap dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan panas.

D. Pengendalian iklim kerja panas
Untuk menciptakan kondisi tempat kerja yang nyaman dan aman bagi tenaga kerja terutama terkait dengan iklim kerja maka perlu dilakukan upaya pengendalian iklim kerja antara lain sebagai berikut :
a.    Upaya pengendalian iklim kerja secara teknis, antara lain dengan menambah ventilasi umum, memasang exhaust fan dan dust collector.
b.    Upaya pengendalian secara administratif antara lain dengan : melakukan pengaturan waktu kerja, rotasi kerja atau rolling kerja.
c.    Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Secara spesifik, untuk iklim kerja panas tidak memiliki APD. Namun untuk mengurangi efeknya terhadap tubuh pekerja disarankan kepada pekerja untuk menggunakan pakaian kerja yang tipis atau terbuat dari katun dengan tujuan agar dapat mengurangi penguapan dan keringat mudah meresap.

Iklim kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses kerja yang dilakukan oleh pekerja. Pengaturan iklim kerja sangat penting dilakukan agar tercipta kondisi tempat kerja yang nyaman dan sesuai, sehingga pekerja dapat bekerja dengan optimal serta tidak mengalami gangguan kesehatan dan menerima resiko kecelakaan kerja. Dengan meningkatnya kinerja dari para pekerja tentunya produktivitas perusahaan pun akan meningkat, dan pada akhirnya untuk penerapan secara global dapat meningkatkan produktivitas nasional. Salam K3, semoga bermanfaat, terima kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar